Search This Blog

Ilmu Menanam Yang Tidak Ada Di Buku

 on Saturday, August 31, 2024  



Mitos dalam Berkebun: Antara Kearifan Lokal dan Sains


Berkebun adalah aktivitas yang telah dilakukan manusia sejak zaman dahulu. Seiring berjalannya waktu, berbagai pengetahuan dan kepercayaan terkait berkebun pun berkembang, termasuk mitos-mitos yang turun temurun. Meskipun beberapa di antaranya telah terbantahkan oleh ilmu pengetahuan modern, banyak mitos yang masih dipercaya sebagai bagian dari kearifan lokal.

Berkebun berdasarkan science, berarti mengaplikasikan pengetahuan ilmiah dalam aktivitas berkebun. Ini melibatkan pemahaman mendalam tentang proses pertumbuhan tanaman, kebutuhan nutrisi, pengaruh lingkungan, serta penerapan teknik-teknik yang terbukti efektif berdasarkan penelitian.. Seperti pengetahuan terhadap unsur hara, pH tanah, pruning dan lain lain. 

Tetapi, ilmu berkebun tidak melulu mengenai sains. Ada yang berdasarkan kepercayaan yang bersumber dari kearifan lokal. Yang diajarkan secara turun temurun oleh orang orang tua kita. Dengan menggabungkan pengetahuan tradisional dengan ilmu pengetahuan modern, kita dapat memperoleh hasil yang lebih optimal dalam bercocok tanam. 

Saya sering mendapat wejangan tentang hal ini dari emak saya. Dan beberapa memang terbukti. 
Intinya adalah, memperlakukan tanaman sebagai makhluk hidup yang harus disayangi. 

Mitos vs. Sains


Berikut ini beberapa kearifan yang saya rangkumkan : 

1.  Jangan biarkan orang lain memetik sendiri


Ada tanaman tanaman yang menurut kepercayaan, tidak boleh dipetik kecuali oleh orang yang merawatnya. Tanaman tersebut antara lain pohon Saga dan Pandan wangi. Emak saya sering mengingatkan saya tentang masalah ini. Kata beliau, kalo ada yang minta daun saga atau daun pandan, petikin..! Jangan dikasih metik sendiri. Kalo tidak, tanamannya akan malas tumbuh lama lama mati. Emak saya sangat meyakini hel tersebut. Menurut beliau, tanaman itu mengenal siapa yang merawatnya. Kalo ada orang asing yang mengambilnya, tanaman bisa stres trus mati.
 
Saya ada pengalaman masalah ini. Emak saya punya tanaman Saga yang sangat lebat. Pada masa covid, orang datang silih berganti untuk minta daun saga. Emak saya yang petikkan langsung. Lalu suatu pagi, emak saya pergi belanja. Ada orang lari pagi, melihat tanaman saga lalu minta daunnya. Ia minta izin untuk petik. Saya bilang : "ambil saja..." . Saya lupa dengan pesan emak. Tidak lama kemudian pohon saga itu mati pelan pelan, dan benar benar kering saat wabah covid-19 selesai. 

Apakah ia mati karena dipetik orang ? Wallahu a'lam. Bisa jadi, orang yang minta daun ini metiknya sembarangan. Sehingga merusak bagian vital dari tanaman itu, sehingga mati. 

2. Jangan lukai tanaman, ajak saja bicara


Banyak tutorial di Youtube, tentang bagaimana caranya supaya tanaman dipaksa berbuah. Cara yang diajarkan sadis...! Yaitu dengan melukai pohonnya. Di toreh toreh dengan pisau. 

Saya punya tetangga seorang ustadzah, yang pekarangannya banyak tanaman berbuah. Bu ustadzah ini tidak setuju bila tanaman dipaksa berbuah dengan cara melukainya. Ia mengajarkan cara yang cukup unik. Ia rajin mengajak pohonnya berbicara seperti ini : 
"Berbuah yaaa.. berbuah yang banyak...kalo memang sudah waktunya, berbuah yaa...

Demikian juga ketika akan melakukan pemangkasan atau pruning. Ia akan minta maaf kepada tanamannya. ' maaf yaa..dibuang sedikit ..maaf ya... . Ia memperlakukan tanaman seperti memperlakukan manusia. 

Menurut saya, berbicara dengan tanaman secara psikologis bermanfaat bagi si penanamnya. Stressnya akan hilang. Sehingga ia merawat tanamannya lebih baik. 

Secara sains, ada benarnya juga.  Berbicara pada tanaman memang bisa membantu pertumbuhannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suara manusia, terutama suara wanita, dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Misalnya, sebuah studi oleh Royal Horticultural Society menemukan bahwa tanaman yang mendengarkan suara wanita tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan yang mendengarkan suara pria.

Jadi ini hanya berlaku bagi bu ustadzah. Pak ustadz gak usah ikut ikutan.

Suara manusia dapat mempengaruhi tanaman melalui getaran yang dihasilkan, yang dapat merangsang proses fisiologis dalam tanaman. Selain itu, berbicara pada tanaman juga meningkatkan kadar karbondioksida di sekitar tanaman, yang dapat diserap oleh tanaman untuk fotosintesis.
,  

3. Jangan patahkan rantingnya


Ini masih ada kaitannya dengan yang sebelumnya. Yaitu, meyakini bahwa tanaman bisa sakit dan tidak boleh disakiti. Mematahkan ranting, apalagi sampai kulitnya terkelupas, akan menyakitinya. Kalo mau memangkas, pakai gunting yang tajam. Jangan mematahkannya dengan tangan, sehingga kulit dahannya terkelupas. Diyakini, ini juga akan menyakiti tanamannya. 

Menurut Sains, tanaman tidak memiliki sistem saraf pusat seperti manusia yang memungkinkan mereka merasakan sakit seperti yang kita pahami. Mereka tidak memiliki otak atau reseptor nyeri seperti yang kita miliki. Jadi, dalam arti yang kita pahami, tanaman tidak bisa "merasa sakit" ketika dahannya dipatahkan.

Namun, tanaman dapat merespons stres. Ketika dahannya dipatahkan, tanaman akan mengalami stres. Stres ini bisa memicu berbagai respons, seperti:
  • Produksi hormon: Tanaman akan memproduksi hormon tertentu untuk membantu mereka pulih dari kerusakan.
  • Perubahan metabolisme: Proses metabolisme dalam tanaman akan berubah untuk mengarahkan energi ke bagian yang rusak.
  • Perubahan pertumbuhan: Tanaman mungkin akan mengalihkan pertumbuhan ke bagian lain untuk mengganti bagian yang rusak.

4. Biarkan dimakan ulat


Dalam kadar tertentu, biarkan saja ulat memakan tanamanmu. Karena ulat adalah salah satu bagian rantai makanan untuk menjaga keseimbangan alam. Disamping itu, membiarkan tanaman dimakan hama ulat atau burung, akan menjadi sedekah bagi yang menanamnya. Setelah dimakan ulat, biasanya daun daun tanaman akan tumbuh lagi lebih sehat. Ini adalah konsep yang diajarkan kitab Al Filahah. 

Namun secara sains, mungkin beberapa tanaman bisa pulih lebih baik setelah serangan hama, bila serangannya ringan. Bila serangan ulatnya parah, sampai menghabisi daun dan merusak batang, tanaman akan stress dan kesulitan berfoto sintesis sehingga menyebabkan kematian. Jadi, bila serangannya berat, basmi saja. 

5. Tanaman akan tumbuh subur bila diberi musik klasik


Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa musik dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Tanaman yang terpapar suara, termasuk musik, cenderung menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang tidak terpapar suara.

Musik klasik, khususnya, sering disebut-sebut memiliki efek positif pada tanaman. Frekuensi dan getaran dari musik klasik dapat merangsang pergerakan air dan nutrisi dalam tanaman, membantu proses fotosintesis, dan meningkatkan aliran sirkulasi dalam tumbuhan. Selain itu, tanaman juga tampaknya merespons getaran dari suara, yang dapat membantu mereka tumbuh lebih cepat dan lebih sehat.

Wallahu A'lam. 

Semoga bermanfaat. Terima kasih

ARTIKEL : ( Ilmu Menanam Yang Tidak Ada Di Buku) ditulis oleh admin/kontributor  Blog Nandur-Nandur, dari berbagai sumber bacaan.

This Blog/Web Site is made for educational purposes only as well as to give you general information. All materials are properties of their respective owners If you own the copyright to this file/image and you do not wish it be included on our website, please contact us and we will remove it as soon as 
Ilmu Menanam Yang Tidak Ada Di Buku 4.5 5 subhan Saturday, August 31, 2024 Mitos dalam Berkebun: Antara Kearifan Lokal dan Sains Berkebun adalah aktivitas yang telah dilakukan manusia sejak zaman dahulu. Seiring ber...


No comments:

Post a Comment

Total Pageviews

Powered by Blogger.

Trending

Pages

Blog Indonesia