Pupuk Organik vs Pupuk Sintetis

 on Sunday, March 6, 2016  

Salam berkebun dari dataran tinggi dieng.

Sungguh indah dan subur dataran tinggi Dieng. Jalanan berkelok kelok menanjak di punggung gunung, dengan pemandangan perkebunan menghijau  dilerengnya. Saya terpesona melihat pemandangan itu.... berbagai macam tanaman yang tumbuh subur.

Ada padi yang tumbuh hijau menghampar. Tanaman tanaman kentang dengan daun daun berwarna hijau tua, kubis,  jagung,  kacang panjang, terong belanda, cabe gendol, dan lain lain yang semuanya tumbuh dengan baik.

Saya berfikir, alangkah suburnya tanah disini. Sungguh anugrah yang luar biasa bisa memiliki tanah disini. .

Akhirnya perjalanan saya melewati pemukiman yang sedikit ramai.
Mulailah terasa kehadiran pupuk kimia disana sini. Ada tercium aroma pupuk kimia sangat kuat. Kemudian saya melihat ada truk truk sedang menurunkan berkarung karung pupuk. Saya sempat menginjak karungnya untuk membaca tulisannya lebih jelas. Pupuk kimia  buatan pabrik bersertifikat SNI.

Perjalanan saya lanjutkan lebih keatas lagi. Saya melihat beberapa orang petani sedang mengerjakan sesuatu. Saya melihat ada bubuk sedang dituang kedalam tong besar berisi air, kemudian diberi aerasi menggunakan mesin.

Saya bertanya, sedang apa pak...

Mereka menjawab : Tanamannya mau diobat pak.... yang mereka maksud adalah dipupuk kimia. Karena saya melihat tumpukan pupuk disebuah gubug. Atau bisa jadi mereka sedang menyiapkan pestisida. Saya tidak bertanya lebih banyak.

Akhirnya terlintas dalam benak saya...ooalaaah...ternyata pake pupuk kimia juga. Kok ga bertani cara organik saja seperti nenek moyang mereka dulu.

Tentu saja terlalu naif bila saya berfikiran bahwa para petani itu semata mata mengandalkan kesuburan tanah dengan cara cara organik. Disaat kebutuhan pangan meningkat, petani harus berlomba lomba menyediakan bahan pangan itu dalam skala besar. Dan itu tidak bisa hanya mengandalkan bahan bahan organik yang dalam penyiapannya butuh waktu lama.

Maka pupuk kimia adalah jalan keluar tercepat dan efektif meskipun harganya mahal.

Sebagai seorang pehobi berkebun, saya berusaha menghindari pupuk kimia. Saya mengompos sendiri (kadang kadang beli kompos yang sudah jadi), membuat pupuk organik sendiri, membuat pestisida sendiri dari bahan bahan organik. Hasilnya,  tidak konsisten. Kadang bagus, kadang biasa saja. Karena saya tidak pernah membuat catatan catatan perlakuan saya terhadap tanaman, yang nantinya bisa menjadi resep pribadi saya. Yang saya lakukan lebih banyak coba coba saja.

Saya kemudian berfikir...bila menggunakan pupuk kimia hasilnya begitu bagus, untuk apa saya cape cape mengompos, membuat mol, membuat POC, dan membuat pestisida organik yang semuanya memakan waktu cukup lama.

Saya berkebun secara organik dengan beberapa alasan,
pertama saya banyak membaca kampanye pertanian organik dan bahaya penggunaan pupuk kimia.
Kedua saya berkebun bukan untuk memenuhi kebutuhan pangan, melainkan hanya sekedar hobi saja.
Ketiga, karena saya tinggal di tempat yang memiliki sumber organik melimpah, dan kebetulan jauh dari toko saprotan.

Jadi, saya akan tetap menggunakan cara cara organik dalam berkebun. Satu satunya kendala adalah masalah waktu dalam mempersiapkannya, dan juga tenaga dan sedikit tebal muka.

Pupuk Organik vs Pupuk Sintetis

Pupuk adalah segala sesuatu yang diberikaan kepada tanaman untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman. Ada unsur hara makro maupun mikro yang dibutuhkan tanaman misalnya yang mudah diingat adalah unsur N.P.K yang sangat diperlukan tanaman agar tumbuh sehat dan produktif.
Unsur unsur hara itu sebetulnya dapat diperoleh tanaman langsung dari dalam tanah. Bila ternyata tanahnya miskin hara (tidak subur) maka kita berikan unsur unsur hara tersebut. Inilah yang disebut memupuk. Pupuk bisa kita rekayasa dari alam dengan .emanfaatkan jasa mikroba, fungi dan cacing untuk menghancurkan bahan bahan organik menjadi unsur unsur hara. Ini yang disrbut pupuk organik.

Pupuk Organik vs Pupuk Sintetis 4.5 5 subhan Sunday, March 6, 2016 Salam berkebun dari dataran tinggi dieng. Sungguh indah dan subur dataran tinggi Dieng. Jalanan berkelok kelok menanjak di punggung gunung,...


No comments:

Post a Comment

Total Pageviews

Powered by Blogger.

Trending

Pages

Blog Indonesia