https://kabar6.com |
Keluarga saya juga nabun. Biasanya setiap sore hari. Kami menggunakan tungku khusus dari batu bata, yang memiliki dua lubang. Lubang yang satu untuk meletakkan sampah yang mudah dibakar. Lubang kedua dijejali sampah basah limbah dapur. Keuntungan nabun menggunakan tungku adalah sampahnya ga dikorek korek hewan.
Tapi umumnya tetangga tetangga saya tidak pake tungku. Sampah sampah mereka dikumpulkan lalu ditumpuk dan dibakar. Biasanya dilakukan dipekarangan. Yang ditabun bisa apa saja. Sendal bekas, plastik, kertas, sampah rumah tangga, ranting ranting dan lain lain.
Bila sampahnya basah, akan menghasilkan banyak asap yang terbang kemana mana. memenuhi rumah rumah tetangga juga. Tetapi tidak ada satupun tetangga yang keberatan. Sudah tahu sama tahu. Saling tepo seliro. Malah kadang kadang kita nabun bareng. Dikampung kampung yang masih banyak pohon, masyarakat tidak ambil pusing dengan polusi.
Hasil dari tabunan ini biasanya berupa abu dan arang. Juga benda benda lain yang tidak terbakar sempurna. Di keluarga saya, bila tungku sudah penuh, isinya kita korek keluar lalu disisihkan dalam tumpukan. Tumpukan ini, setelah dibiarkan beberapa hari akan semakin menghitam. Dalam waktu kurang lebih seminggu, bekas tabunan ini mulai "hidup". Bila dikorek, akan terlihat cacing cacing kecil. Ia juga mulai ditumbuhi banyak tanaman.
Yang membuat saya takjub adalah, tanaman yang tumbuh diatasnya (misalnya benih cabe dan tomat yang berasal dari sisa sambel, ada juga benih pepaya dan tanaman pacar air), terlihat sehat dan subur.
Anakan pohon cabe itu kemudian saya pindah ke polibag. Kemudian saya timbun dengan bekas tabunan murni. Bekas tabunan ini tidak saya ayak. Saya biarkan kasar. Tapi yang besar besar seperti paku, beling, dan tutup kaleng saya buang.
Hasilnya......?
Sangat memuaskan... Pohon cabenya bukan cuma subur, tetapi raksasa. Daun daunnya lebar lebar. Padahal komposisi bekas tabunan itu tidak cuma bahan organik. Ada plastiknya, ada kainnya, ada pakunya juga, bahkan bekas obat obatan puskesmas.
Apa penyebabnya ?
Saya tidak tahu. Hanya bisa menduga duga. Abu dan arang kayu memang sudah lama terkenal sebagai salah satu elemen penting dalam campuran media tanam. Arang, adalah komponen wajib dalam membuat media tanam. Boleh dibilang, arang kayu atau sekam adalah resep anti gagal dalam bertanam.
Mungkin juga sampah sampah organik (kulit telor, kulit bawang, bekas tempe, kepala ikan, dll), yang terurai setelah dibakar menjadi nutrisi yang bagus untuk tanaman. Atau mungkin bekas obat obatan puskesmas itu.
Ada banyak pertanyaan yang ingin saya ketahui jawabannya :
- Mengingat bahan bahan yang dibakar ini campuran dan banyak yang bersifat "racun", saya juga kepikiran apakah nanti cabenya bila sudah berbuah aman dikonsumsi ?
- Apakah bila sampah organik saya pisah dengan sampah non organik hasilnya akan sama suburnya ?
- Mana yang lebih subur, sampah organik yang langsung dikompos atau dibakar dulu baru dikompos ?
Biar saya coba dulu. Mudah mudahan ketemu jawabannya.
No comments:
Post a Comment