Efek Pandemi, Ikut ikutan ber-Hidroponik

 on Tuesday, June 29, 2021  

Ilustrasi hidroponik botol plastik
dari kumparan.com


Saya tidak tertarik dengan hidroponik. Maksud saya, hidroponik yang betulan. Yang dikerjakan serius. Kalo cuma hidroponik ala ala, tentu pernah saya lakukan. Yaitu ketika saya meletakkan batang kangkung diatas bak berisi lele. Ini kan disebut hidroponik juga. 

Alasan saya cuma satu.... ga tau ilmunya. Kata pepatah, orang akan memusuhi sesuatu yang dia tidak tau. Melihat bungkus AB Mix saja saya sudah tertekan. Apalagi melihat senjata senjatanya. Ada alat ukur TDS, takaran, dan lain lain. Ditambah lagi melihat kertas coretan hitung hitungan kepekatan nutrisinya. Harus berapa PPM. Harus berapa EC dan lain lain. Belum lagi instalasi paralon paralon dan tandon. Wuuah...rumit. Makin jauh dari pikiran saya.  

Tetapi, mungkin ini hikmah dari merebaknya Corona. Efek dari pandemi Covid-19, masyarakat jadi lebih banyak berada dirumah. Ngapain ? . Entahlah....tapi pelan pelan lingkungan menjadi hijau. Banyak yang mencari kesibukan dirumah dengan menanam. Tukang pot laku keras. Kanan kiri gang dipenuhi tanaman. Rata rata tanaman hias jenis keladi. Setelah itu cabe dan tomat banyak ditanam.

Beberapa tetangga saya ternyata berhidroponik. Ada yang serius. Membeli seperangkat hidroponik kit sekaligus benihnya di lapak online. Ada juga yang hanya main main. Mengandalkan besek dan gelas gelas plastik. Tapi hasilnya kok bikin ngiler ya ? 

Ilmunya pasti dari Youtube. Mereka juga membuat video sendiri dan diupload ke Youtube. Akhirnya banyak sekali video video semacam ini di Youtube. 

Tetangga saya tukang tambal ban, berhidroponik kangkung dengan besek dan air. Pak Ketua RW memenuhi rumahnya dengan pot pot dari botol botol bekas yang ditanami sawi, kemangi, dan kangkung dengan cara hidroponik. Pake sumbu sumbu dari kain flanel. Seratus meter dari rumah pak RW ada tempat pelayanan kesehatan yang sudah seperti "kebun raya" . Penuh tanaman disana sini merambat kesana kemari. Menciptakan suasana teduh dan asri. Disisi yang agak terang, ada paralon paralon berjajar ditanami sawi.

Saya melihat pemandangan itu setiap pagi. Karena saya biasa berjalan keliling kampung setiap pagi. Saya melihat langsung perkembangan tanaman itu dari hari ke hari. Akhirnya ada keinginan untuk nyoba ikut ikutan mencoba berhidroponik


Hidroponik Ala Pemulung

Saya cari video hidroponik yang paling gampang untuk dipelajari. Youtube adalah sumber belajar yang sangat berlimpah. Kemudian saya memberanikan diri membeli nutrisi AB Mix dan beberapa benih. Tapi saya tidak beli perangkat hidroponik lainnya, semisal TDS meter, netpot, dan lain lain. Apalagi paralon. 

Langkah pertama saya memulung. mengumpulkan botol botol air mineral. Mencari cup cup minuman kekinian.  Ada yang mereknya  "haus" ada "nginum" ada "glek" ada "tamtam" ada "munim" ada "coka coka", dan lain lain.  Saya cari di pinggir jalan dan tempat sampah. 

Langkah kedua, ambil alat suntik bekas printer. Saya punya banyak. Masih ada garis garis indikator ukurannya. Dengan alat suntik itu, saya mulai mengukur ukur dan menghitung hitung volume. Saya  ukur volume bekas sendok obat. Ternyata ukurannya 5 ml. Saya tulisi atasnya dengan spidol. Saya ukur volume tutup botol obat batuk sirup. ternyata volumenya 30 ml. Saya tulis dengan spidol. Ternyata dibagian sisinya sudah ada tulisan dari pabriknya, 30 ml. Ha..ha... 

Kemudian, dengan susah payah, saya cari ukuran 1 ltr di gayung. Setelah ketemu, saya  tandai dengan spidol permanen. Kemudian saya buat garis 2 liter.  Dan seterusnya. Maka saya sekarang memiliki alat alat ukur 500 ml, 1 ltr, dan 2 ltr. Saya tidak perlu membeli gelas ukur. 

Baru saja selesai membuat ukur ukuran, kakak perempuan saya memberikan gelas ukur. Bekas menampung darah bekas operasi. Semuanya jadi sia sia. 

Saya siapkan sumbunya. Karena saya mau coba yang pake sumbu sumbu itu. Saya tidak beli flanel, tapi saya gunakan kain kain bekas (kain lap). Nanti belakangan saya baru tahu kalo kain lap itu, mudah hancur didalam cairan nutrisi. Bekas handuk mungkin lebih kuat.

Untuk media tanamnya, saya tidak menggunakan subtrat yang lazim seperti sekam bakar, cocopeat, dan lain lain. Saya mengandalkan potongan potongan bata ringan (hebel). Kelebihannya, ia ringan, dan mudah menyerap air.

Untuk takaran nutrisi, saya cukup mengikuti petunjuk yang ada di bungkusnya.. Nutrisi AB mix yang saya beli menggunakan standar EC. 

Yang saya tanam adalah kangkung. Saya coba pake botol bekas yang modelnya saya tiru dari youtube. Ada beberapa botol jadinya. Masing masing saya isi 5 benih kangkung. Masih ada gelas gelas minuman kekinian. Saya akan gunakan bak penampung nutrisi untuk gelas gelas ini. 

Penampung nutrisi adalah kontainer plastik bekas jualan tahu. Bak itu terbuka. Saya harus membuatkan tutupnya. Saya coba lubangi papan GRC. Berkali kali gagal karena mudah patah. Saya coba plastik canopi. gagal juga. 

Dahlah... 

Gausah ditutup kalo begitu. Langsung saja, netpot netpot dari botol bekas itu saya tata didalam bak. Kemudian saya siram nutrisi sampai setengah terendam. Sumbunya jadi ga berguna. Jadilah bertanam hidroponik ala pemulung.

Yang Tidak Diceritakan Di Youtube

Semua yang saya kerjakan, saya pelajari dari youtube. Entah misleading atau bagaimana, ada banyak hal yang saya temukan yang tidak dijelaskan di youtube. Inilah pentingnya mencoba. Biar tau dan punya pengalaman. Berikut ini beberapa catatan saya : 

  1. Air nutrisi di bak terbuka, cepat habis (yaiyalah)
  2. Air nutrisi didalam botol, berbau comberan setelah 3 hari.
  3. Jentik nyamuk, ternyata hidup nyaman didalam nutrisi
  4. Istri saya tidak mau masak kangkung hidroponik. Berlendir katanya.

  

Efek Pandemi, Ikut ikutan ber-Hidroponik 4.5 5 subhan Tuesday, June 29, 2021 Ilustrasi hidroponik botol plastik dari kumparan.com Saya tidak tertarik dengan hidroponik. Maksud saya, hidroponik yang betulan. Yang diker...


No comments:

Post a Comment

Total Pageviews

Powered by Blogger.

Trending

Pages

Blog Indonesia